Senin, 05 Januari 2009

LIGA INGGRIS : SUPREMASI KAPITALISME SEPAK BOLA


Dalam era modern ini, kapitalisme menjelma sebagai salah satu kekuatan dalam dinamika masyarakat Internasional. Paham tersebut menjadi arwah dari segala aktivitas manusia yang tidak hanya dalam lingkup satu Negara atau kawasan, namun telah merambah ke seluruh penjuru dunia. Tak di sangkal lagi bahwa kapitalisme telah menggeser nilai-nilai lama yang direduksi menjadi nilai-nilai baru dalam sebuah system yang disebut kapitalisme itu seniri.

Kapitalisme ini dapat dilihat dari adanya aktifitas manusia yang digerakkan oleh nilai-nilai kapital. Gejala yang dapat ditangkap dari adanya kapitalisme ini adalah segala aktifitas manusia yang pada dasarnya memiliki orientasi terhadap akumulasi modal. Sebagaimana kita ketahui bahwa kapitalisme merupakan paham yang mengagungkan pengumpulan modal sebanyak-banyaknya sehingga segala aktivfitas manusia yang terpengaruh oleh paham kapitalisme, akan menjadi sebuah aktifitas yang berorientasi pada modal.

Kapitalisme sebagai paham, telah manjadi nilai-nilai baru bagi masyarakat modern. Implikasi dari bertransformasinya kapitalisme ke dalam sebuah nilai adalah segala hal yang berkaitan dengan manusia akan menjurus pada pergerakan modal. Kapitalisme sendiri telah merambah pada semua aspek kehidupan manusia. Tidak hanya pada aspek yang bersifat public saja, kapitalisme telah merambah kehidupan manusia yang bersifat privat. Dengan kata lain, perkembangan peradaban manusia digerakkan oleh sebuah roda bernama kapitalisme.

Salah satu bentuk manifestasi kapitalisme dalam kehiupan manusia adalah industry sepak bola. Sepak bola yang pada dasarnya adalah sebuah permainan, namun telah tersentuh aroma kapitalisme di abad modern ini. Dalam sepak bola modern, bukan hanya olahragawan yang bermain, namun para spekulan-spekulan penggerak modal menjadi pemain kedua belas dalam sebuah kesebelasan. Dengan kata lain, sepak bola modern bukan hanya urusan kesehatan, hobi, maupun permainan, namun juga urusan pergerakan modal.

Kapitalisme Sepak Bola

Sepak bola merupakan suatu cabang olah raga yang dapat digolongkan dalam permainan. Keberadaan sepak bola sebagai cabang olah raga telah berumur sangat tua. Dari beberapa data yang ada, pada abad delapan belas, sepak bola telah dimainkan oleh manusia di daratan eropa.

Namun demikian, belum ada catatan pasti mengenai kapan dan di mana lahirnya sepak bola. Ada pendapat mengatakan bahwa sepak bola berakar dari romawi ketika para prajurit perang menendang kepala tentara musuh yang dipenggal. Terlepas dari itu, Inggris mencatatkan diri sebagai Negara pencipta sepak bola modern.

Pada perkembangannya, sepak bola banyak dipengaruhi oleh munculnya industrialisasi di Inggris. masuknya pengaruh industrialisasi yang di dalamnya menganut paham kapitalisme ini ditengarai terjadi pada abad ke Sembilan belas sampai awal abad dua puluh. Masuknya pengaruh industialisme dalam sepak bola di tandai dengan munculnya klub-klub sepak bola lokal di Inggris, misalnya Liverpool, Manchester United, Newcastle United, Chelsea, Nottingham Forest, dan masih banyak lagi yang lainnya. Munculnya klub-klub sepak bola ini menjadi sebuah pertanda bahwa telah terjadi perubahan besar dalam sepak bola yang dimulai dari Negara pencetus Industri, Inggris.

Dalam sepak bola, watak industrialisasi menyusup dalam kehidupan klub-klub sepak bola tersebut. watak industri ini seperti yang digambarkan oleh Adam Smith bahwa ideology industrialisme dan kapitalisme memiliki cirri adanya spesialisasi kerja untuk mengejar prouksi massal yang berorientasi pasar. Singkatnya ada pembagian kerja yang baku sebagai sebuah sarana mencapai efektifitas produksi.

Watak Industri dan kapitalis seperti yang dijelaskan adam smith di atas teraplikasikan dalam klub-klub sepk bola. Klub sepak bola dijadikan sebuah organisasi usaha, yang didalamnya terdapat nilai-nilai tersendiri. Dalam klub tersebut, terdapat sebuah manajemen yang dijalankan sebagai sebuah manajemen usaha. Menejemen ini bertugas untuk mengelola tim agar menjadi tim yang produktif dalam mendulang prestasi maupun pasar.

Berbeda dengan manajemen, tim sepak bola dalam sebuah klub juga terdapat pembagian kerja yang jelas. Sepak bola yang mungkin pada awalnya hanya permainan keroyokan asal tendang bola, mencai permainan yang super canggih. Spesialisasinya cukup jelas, ada striker bertugas menyerang, ada gelandang menyuplai bola, dan ada pula bek yang bertugas mempertahankan gawang. Pola pembagian kerja ini sama dengan buruh dalam sebuah pabrik mobil, ada yang bertugas mengelas, ada yang memasang baut, ada yang mengecat, dan sebagainya. Pembagian tugas itu semakin dipertegas dengan istilah-istilah posisi pemain yang cukup rumit, ada defender, sweeper, stopper, libero, playmaker, dan bomber.

Spesialisasi menjadi sebuah harga mati dalam sepak bola. Bahkan terdapat penegasan yang jelas pula dalam spesialisasi kerja sepak bola. Salah satu Contoh penegasan pembagian tugas itu, misalnya seorang bek yang ikut maju menyerang dan melupakan tugasnya bertahan akan dimaki pelatih jika timnya kebobolan. Tidak hanya itu, pemain tersebut akan di kenakan sanksi dari tim, misalnya tidak di mainkan pada pertandingan berikutnya hingga sanksi dicoret dari tim. Kesemua ini adalah bentuk dari aplikasi system dan nilai-nilai kapitalisme.

Liga Inggris Dalam Perputaran Modal

Dalam perkembangannya, sepak bola yang memiliki watak Industrialisme dan kapitalisme seperti dijelaskan di atas, menjadi sebuah system yang baku. System permainan yang terspesialisasi di atas menjadi sebuah system yang diterima di seluruh dunia.

Industrialisasi dan kapitalisasi sepak bola di era modern ini terus berkembang. hal ini terlihat dari berkembangnya klub-klub sepak bola lokal yang muncul di Inngris. Dalam perkembangannya, klub-klub sepak bola tersebut bukan hanya menjadi sebuah tim sepak bola, namun telah menjadi sebuah organisasi usaha yang di kelola untuk menciptakan produksi yang berorientasi pada pasar.

Hal ini terlihat dari sistem sepak bola modern yang terjadi di Liga Inggris pada era 2000 ini. Klub-klub di Liga Inggris saat ini telah menjadi sebuah lahan produktif yang dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Di Inggris sendiri, sepak bola Liga Inggris bukan hanya menjadi sebuah pertandingan yang setiap akhir pekan di mainkan, namun telah menjadi sara rekreasi masyarakat Inggris. Seperti di ketahui, bahwa setiap akhir pecan, masyarakat di Inggris meluangkan waktunya datang ke stadion untuk menyaksikan pertandingan Liga Inggris. Inilah yang mendukung suburnya kapitalisme berkembang di Liga Inggris.

Di era 2000an, kapitalisme semakin memainkan perannya di Liga Inggris. klub-klub sepak bola tidak lagi sebagai sebuah tim yang di miliki oleh masyarakat Inggris, namun juga bagian dari pemilik modal yang ingin meraup keuntungan sebanyak mungkin dari sepak bola Liga Inggris. Tercatat nama seperti Roman Abramovich, George Gillette, bahkan politisi Thaksin Sinawatra. Seperti di kutip di berbagai media baik di Inggris maupun di seluruh dunia, taipan Rusia, Roman Abramovich membeli semua saham Klub Inggris, Chelsea, dengan milyaran poundsterling. Pemilik pabrikan Gellete, George Gillete, membeli saham milik klub Liverpool untuk di jadikan lahan bisnis guna mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Apa yang dilakukan oleh Abramovich maupun Gillete merupakan suatu bentuk eksploitasi sepak bola oleh modal.

Kondisi seperti di atas, menjadikan sepak bola liga Inggris bukan lagi sebagai sebuah oleh raga belaka. Sepak bola telah menjadi mesin produksi yang dikembangkan oleh modal, sehingga dapat meraup keuntungan yang luar biasa besarnya. Pemain sepak bola Liga Inggris telah di sulap sebagai alat produksi yang di hargai dengan uang. Untuk meningkatkan kualitas produksi, klub-klub di Inggris menggunakan uang untuk membeli pemain. Tercatat klub-klub kaya seperti Manchester United, Liverpool, Arsenal, dan Chelsea, mengeluarkan milyaran poundsterling untuk membeli pemain-pemain yang berkualitas guna produktifitas klub. Pemain-pemain tersebut bukan hanya menjadi alat produksi di lapangan, namun juga di luar lapangan. Pemain-pemain berkualitas di klubnya, akan menjadi ikon pemasaran. Hal ini berkembang menjadi bisnis merchandise yang di pasarkan oleh klub, sehingga mendatangkan keuntungan yang cukup besar mengingat masyarakat di Inggris dapat dikatakan sangat mengkonsumsi sesuatu yang berbau Liga Inggris.

Dampak Kapitalisme Liga Inggris

Kapitalisme yang berkembang dalam perjalanan persepakbolaan di Inggris seperti di jelaskan pada bab di atas, menjadikan sepak bola di Inggris sebagai sebuah lahan bisnis. Sepak bola bukan hanya sebuah cabang olah raga namun telah menjadi mesin produksi yang digerakkan oleh modal. Orientasi dari produksi tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari sepak bola.

Kapitalisme yang berkembang di klub-klub Inggris telah menghilangkan esensi kesepakbolaannya di negeri tersebut. sepak bola di Liga Inggris telah menggeser orang-orang asli Inggris sendiri untuk masuk dalam sebuah klub. Klub sepak bola Inggris lebih memilih membeli pemain dari luar Inggris yang di anggap lebih produktif. Kondisi demikian cukup mengenaskan, klub-klub sepak bola tersebut tumbuh di Inggris, namun masyarakat Inggris sendiri tidak dapat menikmati permainan tersebut dalam sebuah pertandingan kompetisi Liga Inggris. Hal ini bisa terlihat dari tiap pertandingan Liga Inggris yang di mainkan. Arsenal misalnya, dalam setiap pertandingan yang dimainkan, tim arsenal tidak ada satu pemain asli Inggris yang di pasang. Kesemuanya adalah pemain dari luar Inggris. hal ini juga terajdi pada Liverpool yang hanya memiliki dua pemain Inggris dalam timnya.

Kondisi yang demikian membuat orang-orang Inggris asli tersingkir dari persaingan pemain di Liga Inggris. Hal ini menyebabkan sepak bola di Inggris mengalami stagnansi karena pemain-pemain asli Inggris kalah bersaing dengan pemain-pemain yang di beli dari luar Inggris. Kondisi yang demikian lama-kelamaan akan mematikan perkembangan sepak bola Inggris.

Salah satu kasus dari munculnya kapitalisme adalah tidak lolosnya tim nasional Inggris dalam kompetisi Euro 2008. Seperti kita ketahui tim nasional Inggris gagal lolos ke kompetisi Euro 2008 karena gagal dalam babak kualifikasi. Dalam babak kualifikasi tersebut, Inggris mengalami kekalahan dalam pertandingan kualifikasi, sehingga gagal lolos dalam Euro 2008. Hal ini disebabkan karena pemain-pemain Inggris bukan pemain yang berkualitas karena kurang jam terbang di liganya.


Kapitalisme yang berkembang dalam dunia sepak bola telah menyulap sepak bola menjadi sebuah mesin produksi yang dipakai oleh pemegang modal untuk meraup keuntungan semata. sepak bola tidak lagi mengedepankan etika olehraga yang sportif belaka, tetapi juga mengutamakan etika bisnis, di mana nilai-nilai ekonomis yang selalu di terapkan. Dengan kata lain, masuknya Kapitalisme menjadi sebuah ancaman yang akan menggerogoti nilai-nilai kebudayaan dalam suatu masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar